Bekerja dan Berkencan Online Dengan Aman

Berikut ini adalah tulisan bagian kedua yang membicarakan tentang menghadapi kekerasan online di lingkungan kerja dan saat berkencan online.

Baca bagian pertama mengenai Pelecehan di Media Sosial di sini.

Baca bagian ketiga dan terakhir mengenai cara cerdas menghadapi potensi ancaman di dunia nyata di sini


 

Pelecehan di Lingkungan Kerja
> Pelecehan Seksual di Tempat Kerja
>> Cara Melaporkan Pelecehan di Lingkungan Kerja
> Pelecehan Seksual Jika Kamu Bekerja Mandiri
> Pelecehan Seksual di LinkedIn
>> 4 Cara untuk Melindungi Dirimu di LinkedIn

Kencan Online dan Pelecehan Seksual
> 3 Cara Melindungi Diri di Situs Kencan Online
> Sexting yang Aman
> 7 Cara Untuk Melindungimu Saat Sexting

Pelecehan di Lingkungan Kerja

Ternyata, kekerasan juga terjadi di lingkungan kerja. Berdasarkan salah satu studi, satu dari tiga perempuan berusia 18-34 merasakan pelecehan seksual di tempat kerja. Sekitar 25% di antaranya dilecehkan secara online melalui teks atau email, dan 71% dari perempuan tersebut tidak melaporkannya.

Kita hanya bisa berspekulasi tentang alasan mengapa mereka enggan melaporkan kasus tersebut, tetapi kemungkinan salah satunya karena tidak ada definisi yang jelas terkait pelecehan seksual.

Namun, ada beberapa contoh dari pelecehan seksual yang bisa kita deteksi, di antaranya adalah:

  1.       Membagikan gambar atau video sensual yang tidak senonoh
  2.       Mengirimkan surat, teks, atau email dengan konten ajakan yang berbau seksual
  3.       Menyampaikan candaan cabul atau anekdot yang berbau seksual

Meski demikian, hal-hal di atas masih tetap menyimpan ambiguitas. Jika seseorang mengirim foto alat kelaminnya apakah itu langsung masuk kategori pelecehan seksual, atau komentar-komentar lainnya masih bisa disalahartikan?

Lantas, bagaimana kita tahu kalau itu merupakan pelecehan seksual?

Pada saat kamu merasa tidak yakin, pikirkanlah tentang apa yang kamu rasakan. Apakah perilaku atau komentar tersebut membuat kamu tidak nyaman? Adakah sesuatu yang kamu rasa tidak tepat tentang hal itu? Jika iya, maka ada peluang hal tersebut bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual.

 

Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Pelecehan seksual hadir dalam berbagai macam bentuk, dan ketika itu terjadi secara online biasanya semakin samar. Tetapi bukan berarti hal itu tidak terjadi. Jika kamu sedang dalam situasi profesional di mana kamu merasa tidak nyaman, kamu harus segera merekamnya. Bahkan, kasus yang lebih besar biasanya terjadi karena adanya pola dari kejadian-kejadian kecil, jika hal itu tidak terdokumentasi dengan baik, tidak akan bisa digunakan sebagai bukti.

Meskipun kamu tidak yakin jika suatu hal terhitung sebagai pelecehan atau tidak, lebih baik tetap memperlakukannya sebagai ancaman, dan untuk berjaga-jaga jika situasi tersebut semakin buruk dan kamu memutuskan untuk mengambil tindakan.

Cara Melaporkan Pelecehan di Lingkungan Kerja
  1.    Dokumentasikan Segala Temuan

Setiap komentar, email yang senonoh, atau bentuk korespondensi lainnya yang dapat dikualifikasikan sebagai pelecehan harus direkam dan disimpan di suatu tempat yang aksesnya hanya dimiliki kamu (bukan di dalam email atau drive perusahaan, misalnya). Bisa saja ada satu komentar yang tidak disengaja, namun jika hal tersebut terjadi lagi, kamu bisa menjadikannya sebagai sebuah kasus.

Jika temuan tersebut melibatkan sesuatu yang diucapkan secara verbal atau ada sentuhan fisik yang tidak pantas, secepatnya tulis sebuah email untuk dirimu sendiri melalui personal akun yang menjelaskan tentang kejadian sedetail-detailnya dengan mencantumkan waktu, tanggal, dan lokasi kejadian.

  1.    Pantau Situasi

Ambil tangkapan layar (screenshot), catat tanggal dan waktu, simpan email, dan simpan file atau segala hal yang membuatmu tidak nyaman.

  1.    Laporkan

Ketika kamu sudah memiliki bukti, ini saatnya untuk melapor. Meskipun hal tersebut membuatmu tidak nyaman, melaporkan pelecehan di kantor merupakan salah satu cara paling efektif untuk menghentikannya.

Kirim bukti-bukti yang kamu miliki ke bagian personalia, yang diharapkan sudah memiliki aturan bagaimana laporan ini harus diproses. Jika tidak ada bagian personalia di kantor, maka kamu harus membuat sebuah email yang informatif dan mengirimkannya ke bagian manajemen atau ke manajermu (selama mereka bukan orang yang melecehkanmu).

Bagaimana cara menulis email untuk melaporkan pelecehan seksual?

Memang tampaknya akan sulit untuk membuat email pertama terkait pelecehan. Untuk itu, berikut contoh email yang bisa kamu gunakan:

Subjek: Pengaduan Resmi Pelecehan Seksual

Kepada [HR] dan [Atasan] yang terhormat,

Saya menulis email ini untuk memberi tahu Anda bahwa [nama pelaku] telah melecehkan saya secara seksual selama [rentang waktu] terakhir. Insiden berikut ini telah terjadi dalam rentang waktu tersebut:

> [Contoh 1] Jelaskan apa yang terjadi dan kapan. Coba untuk masukan fakta sebanyak-banyaknya.

> [Contoh 2] Jelaskan insiden kedua yang membuatmu merasa tidak nyaman. Sertakan keterangan  jika kamu telah memberitahukan kejadian ini kepada orang lain di kantor.

> [Contoh 3] Lampirkan dokumen atau bukti apa pun yang akan mendukung laporan kasusmu.

[Jika memungkinkan, sertakan tindakan apa yang menurutmu harus dilakukan oleh perusahaan. Misalnya, kamu bisa menulis: “Saya ingin dipindahkan ke departemen yang berbeda” atau “Saya ingin masalah ini ditelusuri, dan saya ingin permintaan maaf resmi dari [nama pelaku].”]

Terima kasih telah memberi perhatian terhadap kasus ini. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, dengan senang hati saya akan menyediakannya.

Hormat saya,

[Namamu]

Seharusnya tempat kerjamu memiliki aturan bagaimana untuk menilai situasi serta mengambil tindakan.

Jika kamu merasa keluhanmu tidak ditanggapi dengan baik, ingatlah kamu selalu bisa mencari penasihat hukum dari luar. Seorang profesional hukum bisa memandu kamu untuk langkah selanjutnya.

Di sisi lain, bagi banyak orang, melaporkan insiden bukanlah suatu pilihan karena banyak perempuan yang bekerja lepas atau bekerja sendiri. Dalam skenario tersebut, kamu harus menanganinya sendiri.

 

Pelecehan Seksual Jika Kamu Bekerja Mandiri

Jika kamu berwirausaha dan mengalami kejadian yang tidak pantas, karena tidak ada pihak yang bisa jadi tempat untuk melapor, maka kamu harus menanganinya sendiri.

Inilah yang terjadi kepada Bunga*, seorang musisi yang menerima sebuah pesan seksual dari seorang profesional di industri yang digelutinya. Setelah mengomentari bagaimana dia bergoyang saat bermain musik, Bunga merespons “jangan jadi brengsek” dan si pelaku merespons dengan “Oh, aku suka gaya bicaramu”.

Ketika Bunga memutuskan untuk tidak mempermalukannya di depan umum, dia bilang kepada pelaku bahwa pesan yang diberikan bersifat sugestif dan agresif. Si pelaku tidak sepakat dan meninggalkannya pada saat itu.

Bagi Bunga, mengkonfrontasi pelaku pelecehan bisa menguatkannya. Tetapi, bagi orang lain bisa jadi metode yang terbaik adalah dengan mengabaikannya. Tidak ada cara yang benar atau salah untuk mengatasi pelecehan dalam skenario ini. Semua tergantung keputusanmu.


Pelecehan Seksual di LinkedIn

LinkedIn, sebuah platform online untuk jejaring karir dan bisnis, saat ini juga telah menjadi sarana untuk pelecehan seksual. Meskipun dalam aturan LinkedIn melarang segala bentuk pelecehan, tidak ada cara yang bisa dilakukan LinkedIn untuk mencegahnya 100%, dan sayangnya pelecehan seksual terus terjadi setiap hari.

Karena LinkedIn merupakan jejaring sosial, beberapa orang kemudian mempergunakannya seperti platform kencan online. Dari berbagai macam komplain, perempuan melaporkan adanya laki-laki yang mengirimkan pesan tidak layak, dan memberikan komentar cabul terhadap penampilannya berdasarkan dari foto profil.

Potensi bahan pelecehan lain: resume kamu.

Banyak orang yang mengunggah resume mereka tanpa mempertimbangkan alamat email dan nomor telepon yang ada di dalamnya. Kecuali jika kamu ingin seluruh internet memiliki akses terhadap informasi tersebut, sebaiknya kamu segera menghapusnya.

Panggilan telepon yang tidak diinginkan dan mengajak untuk berkencan mungkin tidak tampak seperti pelecehan seksual bagi sebagian laki-laki. Namun, bagi perempuan, menerima panggilan telepon dari orang asing terasa seperti pelecehan.

Dan itulah yang menjadi masalah, karena sebagian besar pelecehan itu tidak mencolok, sehingga menjadi lebih sulit bagi perempuan untuk memvalidasi dan melaporkannya. Meskipun kamu tidak bisa mencegah orang-orang yang berniat jahat untuk mengirim pesan di LinkedIn, setidaknya ada beberapa cara untuk melindungi dirimu sendiri.

 

4 Cara untuk Melindungi Dirimu di LinkedIn

  1. Sebelum menerima permintaan koneksi di LinkedIn, cek dulu apakah kalian memiliki rekan yang sama? Apakah dia bekerja di industri yang sama denganmu? Jika tidak, jangan diterima.
  2. Jika kamu menerima pesan yang tidak diinginkan, kamu bisa memblokir mereka. Hanya cukup mengklik tiga titik kecil yang ada di pojok kanan atas, kemudian pilih “Laporkan percakapan ini”.
  3. Kamu juga bisa memblokir orang agar tidak bisa melihat profil atau mengontakmu. Kunjungi profil orang tersebut, pilih Lainnya > Laporkan/Blokir, kemudian ikuti instruksi selanjutnya.
  4. Jika kamu mengunggah resume, pastikan kalau kamu tidak mencantumkan nomor telepon, alamat rumah, dan informasi kontak lainnya. Jika ada seseorang yang ingin menghubungimu, mereka bisa melakukannya melalui LinkedIn.

Memang tidak ada jaminan bahwa saran di atas akan melindungimu 100%. Tetapi, LinkedIn juga telah memberikan pilihan atas kontrol untuk siapa saja yang bisa menghubungimu.

 

Kencan Online dan Pelecehan Seksual

Lusi* sudah mengobrol dengan Erik* sekitar satu bulanan setelah mereka terhubung melalui aplikasi kencan online OKCupid, tetapi mereka belum pernah bertemu secara langsung. Suatu malam, setelah lebih dari satu jam chatting dengan penuh rayuan, Erik meminta untuk berpindah media tak hanya melalui teks tetapi yang lebih visual – dia ingin melakukan Skype seks.

Keesokan harinya, Lusi merasa ketakutan ketika salah satu kawan menghubunginya dan memberi tahu kalau dia menerima rekaman atas apa yang dia lakukan semalam. Satu jam kemudian, Lusi mendapatkan pesan dari Erik: Kamu harus bayar, atau rekaman tersebut akan disebar ke lebih banyak orang yang ada di jejaring sosialnya.

Situs kencan online adalah sebuah tempat di mana perempuan sangat rentan terhadap pelecehan seksual siber.

Hal tersebut karena tidak seperti kebanyakan jejaring sosial, situs kencan adalah tempat di mana kamu bertujuan untuk bertemu dan berpotensi mendapatkan keintiman dari orang asing. Sementara situs lainnya menerapkan pengaturan privasi yang lebih ketat untuk pengamanan, di situs kencan online malah sebaliknya. Taktik untuk tetap aman tersebut dianggap justru tidak efektif dan hanya akan berakhir pada Malam Minggu yang sepi untuk pengguna aplikasinya.

Ketika aplikasi kencan seharusnya mengasyikan, nyatanya hal tersebut sudah diketahui bisa menjadi sumber atas kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan.

Sebagai contoh, Dewi* bertemu Ridwan* di aplikasi Happn. Setelah chatting di apps, percakapan berpindah ke WhatsApp, tetapi ketika Dewi mengecek foto profil Ridwan, dia menyadari bahwa wajah Ridwan tampak berbeda dengan yang ada di aplikasi kencan online. Karena tidak menginginkan konfrontasi, dia bilang kepada Ridwan bahwa dirinya memiliki beberapa masalah pribadi yang harus diselesaikan sebelum dia siap untuk berkencan. Bukannya menerima penjelasan Dewi, Ridwan malah mencecar Dewi dengan agresif melalui pertanyaan seperti lagi di mana dan sama siapa.

Akhirnya, Dewi memblokir dan melaporkannya ke Happn. Tahu bahwa Ridwan mungkin mencarinya di media sosial, maka Dewi pun memblokir Ridwan di Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Ketika Ridwan berusaha menghubunginya, dia juga memblokir nomornya. Apakah Ridwan akhirnya mengerti maksud dari Dewi (yang sepertinya tidaklah demikian) atau merasa terlalu banyak usaha yang diperlukan untuk mengejar Dewi, yang jelas Dewi berhasil menghentikan potensi kekerasan seksual padanya – tetapi tidak semua perempuan bisa seberuntung Dewi.

Apa yang terjadi pada Dewi dikenal sebagai catfishing – atau ketika seseorang membuat profil yang berbeda dari kenyataannya, biasanya dengan menggunakan foto atau profil palsu. Dewi beruntung bisa menyadari profil Ridwan di Happn berbeda dengan profil WhatsApp, tetapi kebanyakan para catfisher lebih pintar dalam menyembunyikan jejaknya.

Selain itu, mungkin kamu tidak sadar bahwa kamu bisa dimanfaatkan para catfisher. Ambil contoh Kori, misalnya. Suatu hari dia mendapat telepon dari seorang teman yang mengetahui bahwa foto Facebook-nya digunakan menjadi foto profil orang lain di aplikasi kencan online. Kori melaporkan profil palsu tersebut yang kemudian berhasil dihapus dari apps. Tetapi, siapa yang tahu berapa banyak orang yang menjadi korban dengan modus yang sama?

Sayangnya, tidak ada cara untuk memastikan kamu tidak akan menjadi korban saat bertemu orang baru secara online. Namun, masih ada beberapa cara untuk melindungi dirimu.

 

3 Cara Melindungi Diri di Situs Kencan Online

  1. Lakukan Pengecekan Latar Belakang

Saat pertama kali kamu terhubung dengan seseorang secara daring, telusuri mereka di Google, Facebook, dan aplikasi kencan lainnya yang kamu gunakan. Cari ketidaksesuaian dalam gambar dan deskripsi profil mereka. Jika kamu menemukannya, segera laporkan profil tersebut ke aplikasi penyedia layanan.

  1. Cari Tahu Mereka Melalui Aplikasi

Lakukanlah percakapan di aplikasi sebelum kamu pindah ke platform yang berbeda. Ini akan memberimu gambaran tentang siapa mereka sebelum kamu memutuskan bercerita lebih lanjut tentang kehidupan pribadimu.

Setelah kamu merasa cukup nyaman untuk memindahkan percakapan ke platform lain, sadarilah hal apa saja yang bisa mereka lihat dari sana. Misalnya, foto profil di Whatsapp dan Telegram atau aplikasi chatting lainnya, pembaruan status, dan bio tentang dirimu. Kedua aplikasi tersebut juga memiliki fitur “terakhir dilihat” yang menunjukkan aktivitas terakhirmu di aplikasi.

Jika kamu tidak ingin seseorang melihat informasi-informasi di atas, segera ubah pengaturan privasimu. Jika akhirnya kamu memutuskan untuk bertemu secara langsung, lakukanlah di tempat umum dan beri tahu temanmu di mana kamu berada.

  1. Amankan Akun Media Sosial dan Gambar Pribadimu

Hal ini akan meminimalisasi kemungkinan seseorang mencuri fotomu dan menggunakannya di situs kencan.


Sexting yang Aman

Kebanyakan orang dewasa sudah akrab dengan seks yang aman. Tapi, mungkin mereka tidak terlalu paham dan memikirkan tentang sexting yang aman.

Hal ini menjadi penting karena sexting sedang populer dilakukan. Faktanya, dalam sebuah studi di Amerika Serikat ditemukan sekitar separuh orang dewasa yang disurvei mengaku melakukan sexting.

Sexting adalah saling bertukar teks atau pun gambar yang berhubungan dengan aktivitas seksual melalui ponsel.

Fakta bahwa banyak orang melakukan sexting bukan berarti tidak ada risiko. Cerita tentang revenge porn atau peretasan yang mengekspos foto hubungan intim banyak terjadi. Tidak sulit membayangkan bagaimana foto telanjangmu yang jatuh ke tangan yang salah dapat merusak kehidupanmu baik yang personal maupun profesional.

Jawaban yang paling mudah adalah dengan menyuruhmu berhenti sexting, tetapi kita tidak akan melakukan hal tersebut. Sexting bisa menyenangkan dan menjadi bagian yang memuaskan dari hubungan atau kehidupan kencanmu, dan kita tidak akan melarangmu untuk mendapatkan waktu-waktu yang menyenangkan itu.

Apa yang akan kita lakukan adalah memberimu beberapa tips yang mudah untuk melakukan sexting yang aman. Beberapa hal di bawah ini mungkin terasa seperti pengetahuan umum, tetapi kita juga akan memberimu trik high-tech sehingga kamu bisa tetap bersantai saat ponselmu semakin ‘panas’.

 

7 Cara Untuk Melindungimu Saat Sexting

  1. Jangan Sertakan Wajahmu atau Hal Lain yang Mudah Diidentifikasi

Pertahanan pertama yang dapat dilakukan saat foto sensualmu tersebar adalah menyangkalnya dengan logis. Untuk itu, pastikan bahwa tidak pernah ada foto yang menyertakan wajahmu, tanda lahir yang unik, atau tato yang dengan mudah bisa diidentifikasikan sebagai dirimu.

  1. Jangan Sexting Saat Mabuk

Kamu mungkin merasa bersemangat setelah mengkonsumsi beberapa gelas minuman beralkohol, tetapi itu bukan berarti waktu yang tepat untuk melepas pakaianmu dan menyalakan kamera.

Untungnya, ada beberapa aplikasi yang bisa mencegahmu dari penyesalan di pagi hari. Misalnya, Drunk Locker – sebuah aplikasi yang bisa dipakai saat kamu tahu akan berpesta. Di samping bisa memanggil driver sudah ditentukan, aplikasi ini juga bisa memblokir kontak tertentu sehingga kamu tidak akan bisa menghubunginya lewat telepon, teks, dan media sosial.

  1. Buat Foto Yang Bisa Hancur Otomatis

Aplikasi Disckreet dirancang khusus untuk sexting yang mengharuskan pengirim dan penerima memasukkan kode sandi untuk melihat gambar yang dikirim. Manfaat utama dari aplikasi Disckreet adalah memungkinkan kamu menghapus gambar dari ponsel penerima. Demikian pun tetap ada risiko bahwa penerima gambar bisa mengambil tangkapan layar (screenshoot) dan menyimpannya.

Salah satu aplikasi yang menemukan celah untuk meminimalisir risiko tangkapan layar adalah aplikasi populer SnapChat, yang secara otomatis menghapus gambar beberapa detik setelah gambar tersebut dibuka. Walaupun SnapChat memperbolehkan tangkapan layar, ia akan mengirimkan notifikasi bila ada yang melakukannya. Meskipun ia bukan solusi yang sempurna, karena dengan mencari di Google pun seseorang bisa menemukan cara untuk mengakali notifikasi tangkapan layar — jadi tetap saja ada kemungkinan seseorang bisa menyimpan fotomu tanpa sepengetahuanmu.

Ada juga Confide, sebuah aplikasi yang dienkripsi dan secara otomatis bisa menghapus pesan dan foto, serta tidak memungkinkan penerima mengambil tangkapan layar. Tetapi sekali lagi, jika seseorang benar-benar bertekad untuk menyimpan foto telanjangmu, mereka akan menemukan jalan.

  1. Lindungi Foto dan Ponselmu dengan Kata Sandi

Untuk memastikan tidak ada orang yang secara tidak sengaja menemukan foto-foto di ponselmu atau di ponsel pasanganmu, kalian berdua harus melindungi telepon genggam dengan kata sandi (passcodes).

Kamu juga bisa mengunduh aplikasi yang dapat menyimpan foto seksimu dalam folder yang berbeda dan dilindungi oleh password, misalnya KeepSafe dan Gallery Lock. Aplikasi Gallery Lock sendiri memungkinkan ikon folder fotomu disembunyikan, sehingga tidak ada yang menyadari keberadaannya. Selain itu, jika seseorang berusaha untuk membukanya dan gagal berkali-kali, maka aplikasi tersebut akan mengambil foto pelakunya.

Meski bagaimanapun, kamu harus sadar bahwa tidak semua aplikasi menyediakan enkripsi, sehingga masih ada risiko fotomu bisa diretas.

  1. Simpan Foto dengan Aman

Jika kamu kebetulan mengambil foto yang membuat bagian tubuhmu terlihat “wow, sebuah karya seni”, kamu pasti ingin menyimpan daripada menghapusnya. Dalam hal ini, sebaiknya kamu simpan di desktop, bukan di perangkat seluler yang lebih mungkin untuk hilang atau dicuri.

Namun, tetaplah ingat bahwa meskipun di desktop masih ada kemungkinan untuk diretas. Oleh karena itu, kamu harus menyimpan foto sensitifmu dalam bentuk file yang dienkripsi. VeraCrypt adalah program open-source gratis yang memungkinkanmu mengenkripsi file di Mac atau PC.

Setelah fotomu ada dalam folder yang terenkripsi, kamu masih harus menghapusnya secara permanen dari komputermu. Tidak cukup untuk menempatkannya di tempat sampah (Recycle Bin) dan membuangnya.

Sampai data tersebut ditimpa oleh data baru, data itu masih ada dan dapat ditemukan oleh peretas yang niat. Untungnya, ada perangkat lunak untuk menghapus file secara permanen. Untuk Windows, salah satu opsi software gratis yang paling populer adalah Eraser, dan untuk Mac kamu dapat menggunakan Permanent Eraser.

  1. Jangan Sinkronkan Foto Anda

Jika kamu memiliki Android, kemungkinan fotomu akan disimpan secara otomatis ke Google Photos, dan jika kamu memiliki iPhone, mereka akan disimpan ke iCloud.

Kamu mungkin ingat kasus peretasan iCloud yang terkenal pada 2014, di mana foto-foto pribadi beberapa selebritas (kebanyakan wanita), termasuk Jennifer Lawrence dan Kirsten Dunst bocor, disusul dengan serangan phishing. Jika kamu tidak ingin hal itu terjadi padamu, cara paling bijak adalah jangan menyimpan foto sensitif di cloud.

Kamu tidak harus menonaktifkan sinkronisasi otomatis, karena itu dapat menyebabkan kamu kehilangan informasi jika ponselmu hilang atau dicuri. Sebagai gantinya, kamu harus masuk ke Google Photos atau iCloud dan menghapusnya satu per satu. Jika kamu melakukan sinkronisasi otomatis, ini dapat menyebabkan foto tersebut terhapus dari ponselmu saat kamu melakukan sinkronisasi selanjutnya. Jadi jika kamu ingin menyimpan foto itu, backup di tempat lain – misalnya di folder terenkripsi (lihat di atas).

  1. Jangan Kirim Gambar ke Orang yang Tidak Kamu Percayai

Hal ini memang sudah diketahui banyak orang, tetapi dengan adanya 16% orang yang mengaku telah mengirimkan gambarnya atau sexting dengan orang asing, maka hal ini patut kembali ditekankan.

Sangat penting untuk tidak mengirimkan foto yang berpotensi membuatmu menjadi korban kepada orang yang tidak kamu percayai. Seperti yang kamu perhatikan dari cara-cara di atas, tidak ada kondom untuk sexting, sehingga tidak ada cara yang membuatmu benar-benar aman 100%. Jadi lakukanlah semua tindakan pencegahan yang kamu bisa, dan pilihlah partner sexting dengan bijak.

 

* Nama yang digunakan bukan nama sebenarnya untuk melindungi privasi individu tersebut.


Baca bagian pertama mengenai Pelecehan di Media Sosial di sini.

Baca bagian ketiga dan terakhir mengenai cara cerdas menghadapi potensi ancaman di dunia nyata di sini.

Tulisan ini disadur oleh Nenden Sekar Arum dan diedit oleh Ellen Kusuma.